Home Scroll Top

Masalah Anak Di Indonesia

Sebagai negara berkembang Indonesia masih memiliki masalah kesehatan anak. Terdapat tiga masalah utama anak di Indonesia, yaitu stunting, imunisasi dan TBC.

Stunting

Stunting di Indonesia masih menjadi masalah saat ini. Stunting adalah suatu kondisi anak yang tinggi badannya jauh lebih pendek dari tinggi badan teman-teman sebayanya. Stunting dapat dicegah dengan gizi yang baik saat ibu mengandung. Gizi yang baik terkandung pada makanan yang oleh pemerintah sudah sejak lama dikenalkan dengan istilah makanan yang mengadung empat sehat lima sempurna. Makanan empat sehat lima sempurna pada intinya adalah makanan yang mengandung cukup karbohidrat, protein, vitamin, mineral dan lemak. Sumber karbohidrat adalah nasi, gandum, kentang, ketela rambat, singkong, jagung dan sagu. Sedangkan protein didapat dari daging, ikan, tempe, tahu dan kacang-kacangan. Vitamin dan mineral banyak terkandung dalam sayuran dan buah. Sedangkan lemak didapat dari daging dan ikan.
Setelah melahirkan, ASI eksklusif wajib diberikan, dilanjutkan dengan makanan pendamping ASI (MPASI) mulai usia 6 bulan.

Imunisasi

Masalah selanjutnya masalah anak di Indonesia adalah Imunisasi. Di Indonesia ada imunisasi wajib yang biasa didapat di Posyandu. Vaksinasi dasar untuk bayi yang harus didapat adalah vasksin hepatitis B, Polio, BCG (Bacilius Calmette-Guerin) untuk mencegah penyakit TBC. Vaksin DPT Combo, untuk mencegah Difteri, Pertusis dan Tetanus. Vaksin untuk mencegah Rota Virus yang menyebabkan anak diare. Anak sangat rawan terserang diare, karena ada fase pertumbuhan anak yang suka memasukkan benda kemulutnya. Hal ini menjadikan anak mudah terserang diare. Perlu diketahui diare dan pnemonia adalah penyebab kematian anak yang besar di Indonesia. Pencegahannya dapat dengan membiasakan anak untuk cuci tangan dan pastikan anak sudah mendapat imunisasi lengkap.
Imunisasi PCV (Pneumococal Conjugate Va) untuk mencegah penyakit pnemonia. Anak sangat rentan terserang pnemonia. Pnemonia adalah peradangan akut pada jaringan paru yang disebabkan oleh bakteri, jamur mapun virus. Di masyarakat pnemonia lebih dikenal dengan istilah paru-paru basah. Pada penderita pnemonia kantong paru-parun dipenuhi oleh cairan atau nanah karena infeksi. Akibatnya adalah penderita pnemonia akan mengalami kesulitan bernafas.
Saat ini imunisasi menjadi masalah di Indonesia karena serapannya yang masih rendah.

TBC

Masalah ketiga anak di Indonesia adalah TBC (Tubercolosis). Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja. Indonesia menduduki peringkat atas kasus TBC terbanyak di dunia. Dari 100.000 orang di Indonseia 759 orang diantaranya positif TBC. Penularan TBC paling banyak melalui udara. Seseorang penderita TBC saat berbicara tanpa sadar memercikkan ludah. Ludah yang keluar tersebut mengandung bakteri TBC. Bakteri TBC kemudian beterbangan di udara dan dapat terhirup oleh banyak orang disekitarnya. Maka agar terhindar biasakan anak untuk selalu menjaga kebersihan, mencuci tangan, memakai masker saat sedang sakit, menutup mulut dan makan makanan yang kaya nutrisi untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Informasi yang disajikan dalam artikel ini hanya bersifat umum dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat medis. Artikel ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan konsultasi dengan tenaga medis yang berkualifikasi. Selalu cari saran dari tenaga medis sebelum membuat keputusan mengenai kesehatan atau kondisi medis Anda.

Konten artikel ini didasarkan pada penelitian dan informasi yang tersedia hingga tanggal publikasi. Pengetahuan medis dan praktik dapat berubah seiring waktu, dan informasi baru mungkin muncul yang dapat memengaruhi keakuratan atau relevansi konten. Meskipun telah dilakukan upaya untuk memastikan keakuratan dan keandalan informasi yang disajikan, penulis dan penerbit tidak membuat pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, mengenai kelengkapan, keakuratan, keandalan, kesesuaian, atau ketersediaan informasi yang terdapat dalam artikel ini.

Penulis dan penerbit menolak segala tanggung jawab atas kesalahan atau kelalaian dalam konten artikel ini. Mereka tidak bertanggung jawab atas kehilangan, cedera, atau kerusakan yang timbul dari penggunaan atau ketergantungan pada informasi yang disediakan dalam artikel ini. Pembaca bertanggung jawab sepenuhnya untuk mengevaluasi informasi dan menentukan kesesuaian informasi tersebut untuk tujuan mereka sendiri.

Artikel ini mungkin berisi tautan ke situs web atau sumber daya eksternal. Penulis dan penerbit tidak bertanggung jawab atas isi atau ketersediaan situs web atau sumber daya eksternal tersebut. Penyertaan tautan tersebut tidak mengimplikasikan dukungan atau rekomendasi dari penulis atau penerbit.

Pernyataan atau klaim yang dibuat dalam artikel ini mengenai produk, prosedur, perawatan, atau layanan tertentu hanya untuk tujuan informasi dan tidak merupakan dukungan atau rekomendasi. Pembaca harus melakukan riset mereka sendiri dan berkonsultasi dengan tenaga medis sebelum membuat keputusan atau melakukan tindakan terkait produk, prosedur, perawatan, atau layanan tersebut.

Secara keseluruhan, artikel ini bukan pengganti nasihat medis profesional, diagnosis, atau pengobatan. Selalu cari saran dari tenaga medis yang berkualifikasi jika Anda memiliki pertanyaan mengenai kondisi medis.